Cermin yang Retak

 

Ditujukan untuk tak seorang pun

 

Kepada seluruh hati yang terluka

Pada perasaan yang kecewa

Dan pikiran yang terlupa

Semoga segera menemukan pelipur lara <3

 

Dalam drama korea Itaewon Class, Jo Yi Seo pernah bertanya, “Kenapa kita hidup kalau nyatanya kita harus selalu berusaha?” Berusaha dapat nilai bagus. Berusaha dapat jabatan. Berusaha dapat ijazah. Berusaha dapat uang. Berusaha menjadi terkenal. Dan usaha-usaha lainnya. “Bisakah hidup ini hanya untuk bersenang-senang?” Katanya, hidup itu singkat.

 

Kemudian, dalam drama korea It’s Okay to not be Okay, pertanyaan tersebut dijawab dengan sebuah jawaban, “Nyatanya, untuk bisa bahagia, kita harus berusaha.” Berusaha untuk menyembuhkan trauma. Berusaha untuk berdamai dengan masa lalu. Berusaha untuk mencintai diri sendiri. Dan usaha-usaha lainnya.


Ternyata, bahagia itu pamrih.


Oleh karena itu, wajar saja jika kita merasa lelah. Tidak masalah jika sesekali kita kabur. Tak masalah jika sesekali egois. Tak masalah jika sesekali menjadi pengecut. Karena tak selamanya jawaban dari saraf simpatis adalah fight, kan? Mereka selalu memberimu dua pilihan, fight or flight. Jadi, tak masalah jika kamu memilih untuk kabur. Mereka tak pernah memaksa kamu untuk menghadapi segalanya.

 

Karena itu adalah hal yang wajar, maka jangan pukul kepalamu sendiri, jangan tampar pipimu sendiri, dan jangan salahkan dirimu sendiri. Terlebih lagi, jangan bohongi dirimu sendiri.

 

Jika kalian menonton film the Kissing Booth, kalian akan tahu seberapa cerdasnya kita membohongi diri kita sendiri. Jangan pura-pura punya rencana masa depan kalau kalian memang belum mengetahuinya. Bukan masalah jika kalian belum menemukan ingin menjadi apa, ingin melakukan apa, dan ingin menggapai apa. Lucunya, sejak TK, kita selalu mendengar pertanyaan, “Besok kalau sudah besar, ingin menjadi apa?” Otak kita berpikir keras menemukan jawabannya. Sayangnya, dalam otak kita tertulis “404 not found,” kemudian dengan lancarnya kita sebutkan profesi apapun yang terdengar keren.

 

Kita memang sejak awal dididik untuk menjadi munafik dan membohongi diri sendiri. Ketika kita menangis, “jadi anak laki-laki nggak boleh nangis!” Ketika kita ingin foto, “1 2 3 senyummm!!!” Ketika kita tidak kunjung berhenti mengeluarkan air mata, “cup cup cup jangan nangis lagi.” Ketika kita hendak berangkat ke sekolah, “baik-baik di sekolah, jangan nakal,” dan masih banyak lagi. Nggak heran kalau sekarang banyak yang pintar acting. Seolah hidup ini memang sandiwara, ha!

 

Meskipun begitu, kita yang paling paham diri kita sendiri. Lakukan apa yang ingin dilakukan. Makan apa yang ingin dimakan. Pikirkan apa yang memang ingin dipikirkan. Kata Moon Sang Tae, hidupmu adalah milikmu. Jadi, jangan serahkan keputusan pada orang tuamu, jangan gantungkan pilihan pada saudaramu, dan jangan dasarkan tujuan pada orang lain.

 

Sesekali memilih untuk keluar jalur bukanlah hal yang buruk. Memilih putar arah juga terkadang tidak menjadi masalah. Yang terpenting…

 

Jangan pukul lagi cermin yang sudah retak. Semakin kamu memukulnya, maka semakin tidak tampak wajahmu.

 

Untuk kamu, si cermin yang retak.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

OSCE YUKKK!!!